Jenis Rancangan: Kemasan
Jenis Produk: Obat-obatan
Nama Produk: Puyer No. 16
No. daftar legal: D.2615574
Visual Tampak: Background yang digunakan adalah warna kuning. Kemudian pada bagian tengah kemasan terdapat ukiran Jawa dengan logo Bintang Tujuh berwarna merah ditengah-temgah ukiran. Pada bagian atas kemasan terdapat tulisan logo Bintang Toedjoe berwarna putih diatas bentuk pita memanjang berwarna merah.
PT Bintang 7 didirikan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 29 April 1946 oleh Tan Jun She (seorang sinshe), Tjia Pu Tjien, dan Hioe On Tjan. Dipilihnya nama Bintang 7 adalah sesuai dengan jumlah anak perempuan yang dimiliki oleh Tan Jun She yaitu 7 orang.
Pada waktu itu, dengan alat-alat yang sederhana dan memperkerjakan beberapa orang karyawan, PT Bintang 7 berhasil memproduksi obat-obatan yang dijual bebas guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat. Salah satu obat yang diproduksi sejak berdirinya adalah puyer No. 16 (Obat Sakit Kepala No. 16) yang sampai saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan diekspor ke beberapa negara.
Empat tahun sejak didirikan, PT Bintang 7 pindah dari Garut ke kawasan Krekot, Jakarta, dan pada tahun 1974 PT Bintang 7 kembali pindah ke kawasan Cempaka Putih, JAKARTA. Pada tahun 1970-an ini PT Bintang 7 mulai memproduksi obat resep dokter.
Pada tahun 1985, PT Bintang 7 dibeli oleh Kalbe Group dan berkembang dengan pesat. Tahun 1990 produk2 PT Bintang 7 mulai diekspor ke mancanegara. Sejalan dengan peningkatan produksinya, lokasi di kawasan Cempaka Putih sudah tidak memadai lagi, sehingga pada tahun 1993 PT Bintang 7 pindah ke kawasan industri Pulogadung, menempati area seluas 12.000 meter persegi. Lalu September 2002, Head Office pindah ke Pulomas, pabrik tetap di Pulogadung. Di area yang ditempati sampai sekarang ini, selain pabrik juga terletak kantor pusat PT Bintang 7.
Saat ini , dengan memperkerjakan lebih dari 1000 orang karyawan, PT Bintang 7 merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang tidak hanya memproduksi obat-obatan, melainkan juga memproduksi suplemen makanan dan fitofarmaka.
Layout Puyer ini didominasi dengan warna merah dan kuning. Warna merah memiliki arti kebahagiaan dan keberuntungan bagi masyarakat China. Sedangkan warna kuning merupakan warna ‘simbolik’ bagi orang China. Selain itu warna oranye juga menekankan produk yang tidak mahal. Ukiran yang ada di tengah dipengaruhi oleh ukiran khas Jawa.
SEJARAH UKIRAN
Ukiran kayu atau di seni ukir merupakan seni pertukangan tangan yang menjadi satu tradisi dalam masyarakat Nusantara (berawal dari suku bangsa melayau> sejak zaman dahulu yang berkembang secara turun-temurun. Seni ukir akan memperkenalkan teknik dan motif bunga ukir yang menjadi ciri khas ukiran Melayu tradisional. Menghasikan sebuah karya seni ukir memerlukan kemahiran, juga kemampuan memilih kayu, memproses kayu, memilih dan melukis motif ukiran hingga mengukir silat dengan menggunakan pemahat dan pisau wali.
Ukiran kayu atau di seni ukir merupakan seni pertukangan tangan yang menjadi satu tradisi dalam masyarakat Nusantara (berawal dari suku bangsa melayau> sejak zaman dahulu yang berkembang secara turun-temurun. Seni ukir akan memperkenalkan teknik dan motif bunga ukir yang menjadi ciri khas ukiran Melayu tradisional. Menghasikan sebuah karya seni ukir memerlukan kemahiran, juga kemampuan memilih kayu, memproses kayu, memilih dan melukis motif ukiran hingga mengukir silat dengan menggunakan pemahat dan pisau wali.
SEJARAH PERKEMBANGAN UKIRAN KAYU
Sukar untuk melihat catatan untuk mengetahui sejarah awal ukiran kayu. Namun demikian catatan sejarah dari perjumpaan di zaman batu Neolitik di Asia Tenggara menunjukkan terdapatnya pengukir-pengukir handal telah wujud di zaman dahulu. Ini terbukti ukiran yang terdapat pada belanga, gelang, kendi dan pinggan mangkuk.
Sejarah awal mengenai ukiran kayu di negara ini boleh diketahui setelah kita membaca buku Sejarah Melayu atau Sulalatus Salatin. Buku yang dikarang oleh Tun Sri Lanang itu ditulis pada abad ke-17. Dalam tulisan Tun Sri Lanang, tercatat keindahan seni bina istana Sultan Mansur Syah yang memerintah Melaka pada tahun 1459 hingga tahun 1477. Istana berukir indah itu digelar oleh rakyat Melaka sebagai 'Istana Hawa Nafsu'.
Sejarah awal mengenai ukiran kayu di negara ini boleh diketahui setelah kita membaca buku Sejarah Melayu atau Sulalatus Salatin. Buku yang dikarang oleh Tun Sri Lanang itu ditulis pada abad ke-17. Dalam tulisan Tun Sri Lanang, tercatat keindahan seni bina istana Sultan Mansur Syah yang memerintah Melaka pada tahun 1459 hingga tahun 1477. Istana berukir indah itu digelar oleh rakyat Melaka sebagai 'Istana Hawa Nafsu'.
Seni ukir di negara ini telah pun berkembang lebih awal lagi daripada catatan Tun Sri Lanang, namun tidak ada catatan mengenainya.
Satu lagi catatan silam mengenai seni bina ialah Hikayat Misa Melayu. Dalam hikayat itu digambarkan mengenai seni ukir di istana yang terletak di Pulau Indera Sakti, sebuah tempat di Kuala Sungai Kinta, Perak Darul Ridzuan semasa pemerintahan Sultan Iskandar Zulkarnain (1756 - 1780).
Di negeri Kelantan, Terengganu dan Pahang dan Kedah adalah negeri yang mempunyai pengukir dari turun temurun. Dikata bahawa kebanyakan ukiran kayu adalah terpengaruh dengan motif ukiran negara Siam, kerana pada suatu masa dahulu negeri ni di bawah pengaruh Siam. Ini adalah berdasarkan corak ukiran masjid, wakaf, istana dan rumah-rumah lama banyak persamaan dengan seni ukir negeri Siam. Tidak menghairankan kalau dikatakan bahawa seni ukir di negara ini telah didatangi dari selatan negeri Thailand yaitu Patani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar